Festival Erau Kutai Kartanegara Perayaan Kesultanan Kutai – Festival Erau Kutai Kartanegara Perayaan Megah Warisan Kesultanan Tertua di Nusantara
Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan budaya, dan salah satu warisan budaya paling megah yang masih lestari hingga kini adalah Festival Erau di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Festival ini bukan hanya sebuah acara seremonial biasa, melainkan sebuah perayaan budaya yang sarat makna, sejarah, dan identitas masyarakat Kutai.
Berakar dari tradisi Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura—salah satu kesultanan tertua di Nusantara—Festival Erau merupakan simbol kehidupan, keharmonisan manusia dengan alam, serta penghormatan kepada leluhur.
Asal-Usul Festival Erau
Kata “Erau” berasal dari bahasa Kutai yang berarti “keramaian” atau “kegembiraan”. Festival ini awalnya merupakan upacara adat untuk penobatan sultan baru, penyucian daerah, dan keselamatan rakyat. Upacara ini telah ada sejak abad ke-13, seiring berdirinya Kesultanan Kutai, yang menjadi kesultanan tertua di Indonesia.
Dahulu, Erau merupakan acara internal kerajaan, tertutup untuk masyarakat luar. Namun seiring waktu, perayaan ini berubah menjadi festival terbuka yang merayakan keberagaman budaya Kutai dan Nusantara. Kini, Festival Erau menjadi agenda budaya tahunan berskala nasional bahkan internasional.
Waktu dan Lokasi Penyelenggaraan
Festival Erau biasanya diselenggarakan setiap tahun di Tenggarong, ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara, yang juga merupakan pusat Kesultanan Kutai. Perayaan ini biasanya digelar pada bulan Juli atau Agustus dan berlangsung selama beberapa hari hingga seminggu penuh.
Selama pelaksanaan, kota Tenggarong akan berubah menjadi panggung budaya raksasa, menampilkan aneka pertunjukan, ritual, dan kompetisi tradisional yang memukau.
Rangkaian Acara yang Spektakuler
Festival Erau menggabungkan unsur adat, religi, seni, dan budaya dalam satu rangkaian kegiatan yang penuh warna. Berikut beberapa kegiatan ikonik dalam festival ini:
1. Prosesi Adat Kesultanan
Festival dimulai dengan prosesi adat dari Keraton Kutai. Sultan dan kerabat kerajaan mengenakan pakaian adat lengkap dan melakukan upacara di Keraton Kutai Kartanegara. Prosesi ini menyimbolkan hubungan antara kerajaan, rakyat, dan alam semesta.
2. Ritual Beluluh dan Beseprah
Ritual Beluluh adalah upacara penyucian diri Sultan dan kerabat istana, sebagai simbol pembersihan dari energi negatif. Sementara itu, Beseprah adalah tradisi makan bersama di sepanjang jalan kota, di mana Sultan, pejabat, dan rakyat duduk sejajar dan menyantap makanan bersama. Ini mencerminkan kesetaraan dan persaudaraan.
3. Upacara Mengulur Naga
Salah satu puncak acara adalah Mengulur Naga, yaitu tradisi menghanyutkan naga raksasa (yang terbuat dari rotan dan kain) ke Sungai Mahakam. Naga melambangkan roh penjaga sungai dan alam. Prosesi ini dipercaya membawa berkah dan menjaga keseimbangan alam.
4. Pertunjukan Seni dan Budaya
Selama festival berlangsung, berbagai seni tradisional ditampilkan, seperti tari-tarian Dayak, musik tradisional gamelan Kutai, pertunjukan wayang, hingga parade budaya dari berbagai daerah di Indonesia. Beberapa tahun terakhir, festival ini juga mengundang delegasi budaya dari negara lain seperti Thailand, Jepang, hingga Polandia.
5. Lomba Perahu dan Atraksi Sungai
Karena Sungai Mahakam menjadi slot 10k bagian penting dalam kehidupan masyarakat Kutai, berbagai lomba seperti balap perahu tradisional, lomba mendayung, hingga atraksi air menjadi tontonan yang dinantikan.
Makna Budaya dan Nilai yang Dihidupkan
Festival Erau bukan hanya tentang pertunjukan atau hiburan, tetapi menyimpan makna yang mendalam:
- Pelestarian budaya lokal: Erau menjadi wadah generasi muda untuk mengenal dan mencintai warisan nenek moyang mereka.
- Simbol keharmonisan: Perayaan ini mencerminkan hubungan yang harmonis antara rakyat, pemimpin, dan alam.
- Identitas Kutai: Festival Erau memperkuat identitas masyarakat Kutai sebagai bagian dari peradaban tua yang masih hidup hingga kini.
Menarik Minat Wisatawan Lokal dan Internasional
Dalam beberapa tahun terakhir, Festival Erau menjadi magnet pariwisata budaya. Ribuan wisatawan datang ke Tenggarong setiap tahunnya untuk menyaksikan festival ini. Pemerintah daerah juga aktif mengembangkan festival ini sebagai bagian dari strategi pariwisata berkelanjutan berbasis budaya.
Tersedianya penginapan lokal, wisata kuliner khas Kutai, hingga akses transportasi yang membaik turut mendukung daya tarik Festival Erau di kancah nasional dan internasional.
Kesimpulan: Warisan Hidup dari Masa Lampau
Festival Erau adalah lebih dari sekadar perayaan; ia adalah warisan budaya yang hidup, terus tumbuh, dan menjadi bagian dari identitas masyarakat Kutai Kartanegara. Di tengah arus modernisasi, Erau membuktikan bahwa budaya tradisional bisa tetap relevan, menarik, dan membanggakan.
Baca juga : Jayanti: Surga Pesisir Selatan Cianjur yang Menyimpan Keindahan Laut dan Tradisi Nelayan
Jadi, jika Anda mencari pengalaman budaya yang autentik dan penuh makna, jangan lewatkan Festival Erau. Di sinilah Anda bisa menyaksikan pertemuan megah antara sejarah, tradisi, dan kemeriahan rakyat dalam satu perayaan besar.